![]() |
(Ilustrasi wanita melakukan konsultasi/Foto/Freepik.com) |
Beberapa tahun terakhir, istilah mental health makin sering terdengar di mana-mana. Di media sosial, orang mulai berani cerita soal cemas, burnout, atau trauma masa lalu. Muncul banyak konten yang membahas perihal self-care, healing, journaling, hingga afirmasi positif. Buat sebagian masyarakat, hal ini mungkin terlihat seperti tren anak muda yang sering kali ramai dibicarakan karena sedang “naik daun” istilahnya. Tapi sebenarnya yang terjadi, kesehatan mental bukan hanya soal tren musiman. Namun, sebuah kebutuhan dasar yang harus dimiliki manusia dan sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Sayangnya, banyak orang tua atau masyarakat menganggap urusan mental itu “cuma drama” atau “kurang iman”. Seperti contoh, jika seseorang mengaku lelah secara emosional, sering dianggap lemah. Kalau ada yang menangis tanpa sebab, dianggap terlalu sensitif. Akibatnya, banyak orang yang memendam perasaan dan memilih diam, pura-pura kuat, atau mengalihkan rasa sakit dengan hal-hal yang tak sehat. Padahal, semua manusia bisa mengalami luka batin, tekanan mental, atau kelelahan psikis.
Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang sadar akan mental yang sehat merupakan fondasi hidup yang stabil. Saat pikiran tenang kita bisa bekerja lebih fokus, menjalin hubungan yang lebih sehat, dan menghadapi masalah dengan lebih bijak. Tetapi, jika saja mental terganggu, semua hal bisa goyah. Kita mudah tersinggung, sulit tidur, kecemasan berlebihan, motivasi hilang, bahkan mengurung diri dan menjauh dari orang-orang.
Kesehatan mental juga tidak selalu berbentuk gangguan besar seperti depresi berat atau skizofrenia. Terkadang, ia hadir dalam bentuk yang lebih halus seperti rasa lelah berkepanjangan, perasaan hati yang tidak baik, kecemasan yang terus datang tanpa alasan jelas. Maka dari itu, menjaga kesehatan mental bukan hal yang bisa ditunda atau disepelekan. Kesehatan mental bukan gaya hidup mewah, tapi bagian dari bertahan hidup.
` Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa memulai dari hal-hal kecil seperti belajar mengenali emosi sendiri, berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain, memberi jeda saat merasa lelah, dan berani berargumentasi dan berkata “tidak” saat merasa kewalahan. Minta bantuan ke orang sekitar juga bukan tanda kita lemah. Justru hal itu bisa menjadi satu langkah berani untuk menyelamatkan diri sendiri. Konsultasi ke psikologi atau curhat ke orang yang dipercaya bisa jadi awal langkah pemulihan yang baik.
Jadi, kalau hari ini kita merasa tidak baik-baik saja, itu bukan sebuah kejahatan. Kita tidak sendiri dan tidak perlu berpura-pura kuat. Mental Health memang sedang ramai dibicarakan, tapi bukan berarti ia cuma tren yang lewat. Mental Health sangat penting, nyata dan sangat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.