![]() |
(Aksi Damai Mahasiswa di depan Gedung DPR/Foto/Zahwa Luthfiyyahtul Aulia) |
Jakarta - Kamis (4/9/25) sore, kawasan depan Gedung DPR RI, Senayan, dipenuhi puluhan mahasiswa yang menggelar aksi damai. Massa aksi yang didominasi mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) bersama perwakilan dari BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) datang dengan satu tujuan, yaitu menyampaikan kekecewaan mereka terhadap Dewan Perwakilan Rakyat yang dinilai telah abai terhadap suara rakyat.
Sejak pukul 15.00 WIB, mahasiswa mulai membentuk barisan tertib di jalan utama. Mereka berdiri membentuk formasi huruf "U" menghadap panggung orasi sederhana di atas mini truk yang berdiri di tengah kerumunan. Formasi ini membuat massa terlihat kompak dan fokus pada setiap orator yang berbicara. Suasana tertib itu kian terasa damai ketika lilin-lilin mulai dinyalakan dan bunga ditaburkan di depan pagar DPR sebagai simbol perlawanan tanpa kekerasan.
"Perwakilan rakyat yang kita pilih kemarin telah mengkhianati suara kita, telah mengkhianati konstitusi yang ada. Ini menjadi refleksi bahwa Dewan Perwakilan Rakyat telah mati, tidak lagi mewakili rakyat kecil, melainkan mewakili elit-elit yang merampas hak rakyat," ujar Ningrum Mauris, Ketua BEM PNJ, disambut sorak dukungan para mahasiswa.
Meski kritik yang dilontarkan keras, aksi berjalan kondusif. Aparat kepolisian tetap berjaga di sekitar area, namun tidak terlihat ketegangan berarti. Justru, keberadaan mereka turut menciptakan rasa aman, memastikan jalannya aksi berlangsung tertib. Beberapa warga sekitar juga ikut berpatisipasi. Mereka berdiri berdampingan dengan mahasiswa, menyalakan lilin, dan ikut mendengarkan orasi.
Relawan yang hadir di lokasi memperkuat suasana kebersamaan. Kotak makanan dan botol minum mineral dibagikan secara cuma-cuma kepada peserta aksi maupun warga yang hadir. "Tujuan aksi hari ini adalah menyampaikan aspirasi kita sebagai rakyat Indonesia, sebagai mahasiswa Indonesia. Kita ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa aksi-aksi anarkis bukan dilakukan oleh mahasiswa atau masyarakat," tegas Muzammil Ihsan, Koordinator Pusat BEM SI.
Selain menggelar aksi simbolik, mahasiswa juga menyampaikan 13 tuntutan utama yang mereka desakkan kepada pemerintah dan DPR. Tuntutan tersebut mencakup penurunan tunjangan DPR yang dianggap berlebihan, percepatan pengesahan RUU Perampasan Aset, reformasi lembaga legislatif dan kepolisian, hingga penegakan upah layak bagi pekerja di seluruh sektor. Mereka menilai langkah-langkah pemerintah sejauh ini masih jauh dari harapan rakyat.
Menjelang malam, sekitar pukul 17.30 WIB, mahasiswa menggelar prosesi simbolik. Mereka menyalakan lilin di sepanjang pagar DPR dan menaburkan bunga sebagai bentuk penghormatan bagi korban kekerasan aparat dalam aksi sebelumnya. Pemandangan itu menutup aksi suara protes yang tegas, namun dibungkus dengan damai.
Aksi hari itu membuktikan bahwa mahsiswa masih konsisten hadir sebagai penjaga nurani rakyat. Dengan cara damai dan simbolik, mereka menegaskan pesan jika demokrasi tidak boleh mati dan suara rakyat tidak boleh dikhianati.