Suara Perempuan dalam Puisi: Bedah Buku "Telinga yang Tidak Dijual di Pasar Saham"

Bedah Buku Sekaligus Diskusi & Lauching Buku Puisi Telinga yang Tidak Dijual di Pasar Saham/Taman Ismail Marzuki/Foto/Zahwa Luthfiyyahtul Aulia


    Jakarta - Perpustakaan Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, menggelar dan menjadi saksi lahirnya karya sastra buku puisi Telinga yang Tidak Dijual di Pasar Saham karya Annisa Rosmana. Buku ini resmi diluncurkan pada Sabtu, 6 September 2025. Acara ini dikemas dalam bentuk diskusi dan bedah buku yang menghadirkan dua pembahas, Edbert Gani S. dan Eka Ardhinie.

    Buku puisi ini lahir dari proses kreatif panjang sang penulis, Annisa mengaku banyak terinspirasi dari pengalaman pribadi maupun cerita orang-orang disekitarnya. Annisa menuturkan, jika ia percaya menulis adalah ruang pelarian sekaligus cara untuk menyuarakan hal-hal yang kerap terbungkam.

    "Buku ini aku tulis dengan telinga yang kerap mendengar, dengan harapan yang bisa menjadi cermin sekaligus suara bagi perempun maupun laki-laki yang pernah diremehkan atau dibungkam," ungkap Annisa, Sabtu, (6/9/2025) di Gedung Aula lantai 4 PDS. HB Jassin, Taman Ismail Marzuki.

    Dalam pembahasan ini, Eka Ardhinie menyoroti kuatnya representasi perempuan dalam puisi Annisa yang tidak sekadar bebricara soal feminisme, tetapi juga menyingkap bagaimana peran perempuan dalam ranah sosial.

    "Tugas penulis memang selesai saat karyanya terbit, tapi ide-ide dari buku yang ditulis Annisa ini bisa menjalar lewat para pembaca yang kemudian menjadi agen perubahan," ujarnya.

   Selain itu, dalam diskusi juga mengulas sejumlah puisi dalam buku tersebut, mulai dari kegelisahan seorang ibu menghadapi kondisi sosial-politik, kritik terhadap dunia pendidikan, hingga simbolisasi tokoh-tokoh perempuan dari mitologi maupun sejarah. Semua itu diramu dalam gaya bahasa yang lugas sekaligus penuh lapisan makna.

    Peluncuran buku ini bukan sekadar perayaan karya sastra, melainkan juga sebagai ajakan untuk terus berani bersuara.

    "Semoga buku ini menjumpaimu pada waktu yang tepat, dunia tidak selalu adil dalam memperlakukan suara kita, seringkali ia ingin meminta kita untuk diam, untuk mengerti, untuk mengalah, tapi tak ada yang lebih radikan dari keberanian untuk tetap jadi diri sendiri, meski perang dipatahkan," tulis Annisa dalam pengantar bukunnya.

    Hadirnya Telinga yang Tidak Dijual di Pasar Saham, membuat Annisa berharap jika bukunya bisa berguna bagi pembaca dalam hal tidak menemukan keindahan puisi saja, tetapi menemukan sebuah keberanian untuk menyuarakan keadilan dan kemanusiaan.





 

Lebih baru Lebih lama